Selasa, 14 September 2010

Catatan untuk Tuhan

Tuhan . . .
Bolehkah aku menulis catatan kerinduan ini ?

Aku rindu masa itu . . .
Ketika aku masih menangis dimanapun kusuka . . .
Bahkan untuk hal-hal yang kukira tidak terlalu berarti . . .

Tuhan . . .
Aku rindu pagi itu . . .
Ketika aku bangun . . . yang kulihat adalah pelukan Ibu yang menyapa hari pagi ku . . .
Ayahku dengan senyumannya yang bersiap untuk bekerja . . .
Kakak-kakak ku yang jahil dan lincah . . .
Kami tertawa bersama . . . tak ada rasa canggung. . .
Hanya anak-anak . . .

Tuhan . . .
Di masa itu yang kurasakan adalah kebahagiaan dan kasih sayang . . .
Tak tau apa itu kerasnya kehidupan . . .

Tuhan . . .
Bolehkah aku rindu masa itu?
Ketika semua yang kulihat hanya kebahagiaan ?

Tapi Tuhan . . .
Sekarang aku sadar . . .
Aku bukanlah anak pada masa itu lagi. . .
Pundakku telah berat oleh beban . . .
Nafasku yang keluar selalu terengah-engah mengejar ini dan itu . . .
Tentang target dan kesuksesan . . .

Ibu . . .
Anak kecilmu ini sudah dewasa Bu . . .
Ketika tanganmu kukecup lalu melangkah keluar pintu. . .
Aku bukanlah anak kecil ibu lagi . . .
aku milik mereka . . . aku milik kehidupan. . .

Ibu . . .
Maaf jika ibu hanya bisa melihat kelelahanku . . .
Rasa jengkel ini, teriakan itu . . .
Bukan senyuman dari anakmu . . . orang yang ibu sayangi . . .

Ibu . . .
Selain kata maaf. . .
Rasa sayang ini yang selalu menyelamatkanku, ibu . . .
Rasa sayang ini pula yang selalu menguatkanku untuk tidak menangis didepanmu . . . Betapa menyedihkannya anakmu yang belum bisa sepenuhnya membahagiakanmu . . .

Senyumlah ibu . . . senyumlah didepanku walau ibu sedang lelah . . .
Bohongi aku ibu . . . jangan perlihatkan kesedihan didepanku . . .
Tetaplah terlihat tegar walau apapun keadaanmu ibu . . .apapun yang terjadi padaku . . .
Hanya itu yang menguatkanku ibu . . .

Ayah . . .
Aku tau dibalik wajah kerasmu itu, kau selalu memperhatikanku . . .
Walaupun ayah banyak diam . . .
Tapi . . .
tiap kali kubuka pintu ketika pulang, aku tau ayah diam-diam mengintipku untuk sekedar memastikan keadaanku baik-baik saja. . .
Caramu memang berbeda untuk rasa sayang itu . . .
Terimakasih ayah . . . karena rasa sayang ayah mampu aku nikmati . . .

Ayah . . .
Inilah anakmu sekarang ayah . . .
Bukan seorang anak yang bisa ayah ajak ke bengkel bersama lagi tiap sepulang sekolah . . .
Atau berjalan-jalan sore tanpa tujuan, atau sekedar melihat televisi bersama dirumah . . .

Ayah . . .
Maafkan aku jika aku kurang memperhatikanmu sebanyak ayah memperhatikanku . . .
Tapi percayalah ayah . . . ditiap doa-doaku kepada Tuhan, ayah selalu ikut hadir dan mewarnai kata-kataku kepada-NYA . . .
Aku sayang ayah . . .

Kakak ku . . .
Masih ingatkah dulu ketika malam tiba, adik kecilmu ini mulai ketakutan karena gelap?
Dengan baiknya kakak membukakan pintu kamar dan membiarkanku tidur disampingmu agar aku tidak takut lagi . . .
atau ingatkah ketika kita membuat istilah-istilah baru? Permainan baru? Kakak selalu memaksaku untuk melakukan ini dan itu . . . kita tertawa dan menangis bersama . . .
jahilku untuk kakak . . . keisengan kakak untukku . . . kita berbagi . . . kita bekerjasama . . . kita satu kandungan . . .

kakak . . .
tidak jarang kakak marah-marah hanya karena aku mengotori ruangan . . .
atau karena aku melakukan tindakan-tindakan aneh di depan teman-teman kakak . . .
sehingga kakak jadi malu . . .
semua itu karena aku ingin mendapat perhatian kakak . . .

kakak . . .
kini kita sudah beranjak dewasa . . .
tidak ada lagi permainan di halaman . . .
atau kejengkelan-kejengkelan anak-anak lagi. . .

aku sedih kak . . .
terkadang kita saling curiga, saling iri, berkompetisi ini dan itu . . .
aku percaya kalau kita pasti akan berhasil pada masanya nanti . . .
kita orang-orang hebat dengan kemampuan masing-masing yang hebat pula . . .
dengan bekerjasama, dengan berbagi, kita adalah yang terhebat . . .

kakak . . .
usia ini membuatku belajar banyak dan mengerti arti kerasnya kehidupan . . .
aku sedih tiap kali melihat kakak lelah sehabis bekerja, atau ketika banyak beban pikiran karena tugas-tugas yang menumpuk. . .
aku sayang kakak . . .
tetaplah semangat kak . . . kita bersama-sama sedang berjuang dan akan saling membantu . . .

kak…
terimakasih untukmu yang selalu memberiku perhatian…
air minum itu, makanan itu yang selalu ada ketika aku lelah . . .
atau bantuan tugas-tugas yang tidak tau lagi bagaimana harus kukerjakan,
informasi dan motivasi yang selalu kau berikan, dan pelajaran yang selalu kuambil dari aktivitasmu kakak . . .

kakak . . . .
terlalu banyak bantuan kau berikan untukku . . .
tapi aku hanya bisa membantu menjadi pendengar ketika kau gundah, atau menemanimu ketika jenuh . . .
atau bahkan aku belum membantu apapun untukmu?
Adik macam apa aku ini?

Maafkan aku kakak . . .
Aku belum terlalu baik menjadi adik . . .
Dan terimakasih atas kasih sayang selama ini untuk adikmu . . .

Untuk makhluk kecil pembawa warna baru di kehidupanku yang penuh beban ini,
Kamu akan selalu aku sayang. . . tingkah lakumu membawa tawa dan senyum dari lelahku . . .
Walaupun terkadang menjengkelkan . . . tapi sosokmu tak bisa lagi dipisahkan dengan keluarga ini . . .

Tuhan . . .
Itu tadi catatan kerinduanku . . .
Tentangku. . .
Tentang ibuku yang tak mampu kucatat kecintaanku terhadapnya walaupun ketika semua dedaunan di dunia bersedia menjadi kertas. . . .
tentang pengorbanannya dan rasa sayangnya yang takkan mampu kubalas dengan apapun. . .
Tentang ayahku dengan segala pelajaran yang kudapatkan dan tanggung jawab yang kupelajari darinya . . .
dan tentang rasa cintaku kepadanya . . .
tentang kakakku dengan bantuannya serta kerjasama kami . . . dan tentang tawa, canda itu
aku sayang kakak. . .
dan terakhir untuk makhluk kecil ini . . . tentang warna baru yang selalu memberikan lukisan abstrak di hidupku . .
aku sayang si kecil ini . . .

inilah keluargaku dan rinduku saat dulu dan rasa sayangku yang takkan berubah dari dulu sampai nanti . . .

8 september 2008 / 10:48 PM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar