Telingaku mendengar sayup-sayup melodi kegundahan tanpa lirik
Jari jemariku menari-nari diatas dinamika kehidupan saat ini
Mataku semakin melemah menahan beratnya beban waktu yang menindih
Mulutku . . . aku tak tahu . . . hanya terdiam membisu dalam rongga keheningan
Hanya nafasku yang seolah tidak memperdulikan apapun. . .
hanya menghembus dan menghisap secara berulang-ulang . . .
membosankan . . . namun selalu memberikanku kehidupan . . .
itukah denting penantian yang aku harapkan?
Dan hal-hal membosankan itu yang akhirnya selama ini menggerogoti
Ditengah keegoisanku aku membohongi kesatria berjubah hamba
Yah . . . aku memang egois . . .
Mempercayakan kehidupanku dan cintaku pada lirikan dewi takdir . . .
Tapi. . . aku percaya bahwa nanti akan bahagia . . .
Tunggu . . . . bagaimana kesatria itu?
Tentu saja menderita . . . .
Yah inilah aku dan keegoisanku . . .
Dan kesatria itu ?
sebenarnya dia seorang hamba . . . . dialah aku . . .
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar