Minggu, 04 Juli 2010

Sendal jepit.... Alat Simbolik







Mungkin yang menjadi pertanyaan adalah kenapa harus sandal swallow yang digunakan dalam menyampaikan pesan diatas. Dalam ilmu sosial, kita mengenal seorang tokoh sosiologi yaitu George Herbert Mead, beliau memiliki pandangan mengenai interaksi sosial, yaitu metode interaksionisme simbolik. Metode ini merupakan suatu bentuk interaksi sosial dimana proses interaksi dalam suatu masyarakat menggunakan simbol-simbol didalamnya. Dalam penyampaiannya, pendefinisian simbol-simbol itulah yang sangat berperan penting. Menurut Leslie White, simbol-simbol itu memiliki makna dari definisi sosial yang nantinya akan menjadi pesan kepada masyarakat. Selain itu, menurut Herbert Blumer, pokok pikiran interaksionisme simbolik ada tiga yaitu:


1. Bahwa manusia bertindak (act) terhadap sesuatu (thing) atas dasar makna (meaning) yang dipunyai sesuatu tersebut baginya. Atas dasar itu perlakuan seekor hewan sapi oleh penganut agama Hindu akan berbeda dengan perlakuan sapi oleh penganut agama Islam karena makna sapi dari masing-masing agama berbeda.
2. Makna yang dipunyai sesuatu tersebut berasal atau muncul dari interaksi sosial antara seseorang dengan sesamanya.
3. Makna diperlakukan atau diubah melalui suatu proses penafsiran.
(Sunarto, Kamanto. 1990. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.)

Itulah yang menjadi dasar penggunaan sandal swallow dalam penyampaian mengenai pesan kesederhanaan ini. Simbolisasi sandal swallow ini bukan ditujukan sebagai media iklan suatu produk karena sebenarnya fungsi dari sandal swallow dan sandal-sandal dari produk yang lain adalah sama yaitu sebagai alas kaki. Jadi sebelumnya, yang ditekankan disini adalah proses terjadinya penafsiran makna sandal swallow itu sendiri oleh masyarakat, bukan sebagai bentuk mempromosikan kualitas dan mutu yang dimiliki oleh sandal ini.

Berdasarkan pengertian mengenai interaksionisme simbolik inilah maka memang perlu adanya suatu simbol yang digunakan dalam menyampaikan kesederhanaan sebagai sarana untuk melakukan penyadaran terhadap kebobrokan jaman modernitas dan globalisasi yang serba instan dan konsumtif serta egoisitas terhadap materialistis duniawi yang melambung tinggi diatas nilai kemanusiaan dan hati nurani. Inilah sandal swallow, sebuah benda yang selalu menjadi teman oleh kaum terpinggir dalam mengais rezeki kehidupannya. Penafsiran sandal swallow yang memiliki makna sebagai simbolisasi kesederhanaan adalah karena sandal ini biasa digunakan oleh masyarakat kelas menengah bawah atau lower class dalam strata sosial. Sandal ini digunakan mulai dari aktivitas bertani, sopir angkot, pedagang kaki lima, dalam mewarnai aktivitas kehidupan masyarakat tersebut, dan tidak jarang pengemispun menggunakan sandal ini. Itulah yang memberikan stereotipe bahwa sandal swallow adalah sandal rakyat jelata dan tidak pantas dipakai untuk acara-acara besar ataupun kegiatan masyarakat upper class secara keseluruhan.

Dalam aktivitasnya, penggunaan sandal swallow ini oleh “kaum atas” hanya digunakan untuk hal-hal yang sekiranya berada pada waktu dan tempat yang tidak disoroti oleh orang banyak seperti ketika akan ke toilet atau biasa diberi julukan sebagai sandal WC, sebagai sarana yang dipakai dari tempat wudlu ketempat untuk beribadah sholat, dan digunakan diwaktu-waktu nonformal yang tidak banyak diberlakukan peraturan-peraturan kesopanan yang mengawasi. Hal tersebut karena dirasa ketika menggunakan sandal ini untuk beraktivitas, masyarakat telah melakukan tindakan yang menyimpang dan melakukan ketidaksopanan. Dalam dunia institusi yang memberikan naungan dari suatu kelompok orang, hal tersebut dianggap telah menodai institusi dari tempat mereka berada.

Itulah kenapa saya, sebagai salah satu orang yang prihatin dan peduli (walau saya tau kemampuan dan pengetahuan saya tidak seberapa untuk prihatin dan peduli) dengan keadaan dan kesadaran masyarakat jaman tua saat ini yang identik dengan mendongakkan kepala tanpa mau sedikit menunduk untuk melihat saudara mereka yang sebenarnya sangat membutuhkan uluran tangan mereka barang sedikit saja. Dalam melakukan pergerakan untuk penyadaaran inilah metode interaksionisme simbolik saya gunakan. Dengan berdasarkan bahwa tafsiran masyarakat mengenai sandal swallow memiliki makna yang identik dengan rakyat miskin, saya aplikasikan sandal swallow itu dalam berbagai aktivitas kehidupan saya. Mulai dari perkuliahan yang tidak jarang dosen-dosen menegur saya karena dirasa saya menodai proses perkuliahan dengan tidak mematuhi peraturan kampus yang artinya saya tidak sopan. Selain itu dalam pergaulan, berkumpul dengan teman bermain di daerah hedon dengan dikelilingi kaum jetset, acara-acara yang cukup resmi, saya gunakan sandal tersebut untuk sekedar mengingatkan mereka bahwa kehidupan bukan hanya didominasi oleh eksistensi mereka saja, tapi masih ada orang miskin diluar sana yang memerlukan mereka dan orang yang membela dan memperjuangkan kaum miskin tersebut juga masih akan selalu ada.

Dengan idealisme tersebut, saya pernah suatu ketika datang ke Mahkamah Konstitusi untuk mengikuti sidang Judicial Review UU BHP yang putusan hasil JR tersebut menyatakan bahwa UU tersebut tidak sejalan dengan konstitusi. Ketika hendak masuk kedalam gedung persidangan dengan sandal swallow yang saya kenakan, saya sempat diberhentikan dan dilarang untuk masuk kedalam oleh petugas keamanan disana. Namun sayapun mengatakan sebagai berikut kurang lebihnya : “Maaf Pak, bukan maksud saya tidak menghormati Mahkamah Konstitusi, tapi sandal ini simbolisasi dari eksistensi rakyat marginal pak, orang miskin.” Saat itu petugas keamanan gedung tersebut terdiam, dengan mimik wajah yang masih bimbang dia mengijinkan saya untuk masuk kedalam gedung tersebut.


Beberapa pengalaman tersebut merupakan bentuk interaksi sosial atau metode penyampaian pesan suatu makna tentang kemiskinan kepada khalayak ramai. Bukan hanya aksi massa untuk menyuarakan aspirasi golongan termarginalkan. Dengan melakukan pergerakan-pergerakan lainnya secara cerdaspun kita mampu mewakili masyarakat dalam memperjuangkan kepentingan rakyat. Dewasa ini, cukup sulit bagi saya untuk mencari sandal swallow lagi. Ketika nanti jika kalian kebetulan bertemu dengan saya, dan tidak memakai sandal swallow dan jenis sendal lainnya, seperti cerita saya, ada beberapa kemungkinan saat itu yang bisa ditafsirkan untuk saya. Bahwa saya sudah tidak lagi menggunakan interaksionisme simbolik dalam pergerakan saya yang artinya metode pergerakan yang ini sudah selesai saya gunakan. Atau bisa juga saya sudah mencapai batas akhir pencarian sandal swallow yang kita tahu ternyata dengan adanya kebakaran pabrik sandal ini, produk yang dipasarkan menjadi berkurang (sampai saat ini ketika saya menulis tulisan ini). Atau bisa juga saya sudah tidak memiliki idealisme ini dan berpihak pada keadaan hedonisme. Tapi apapun merk sandalnya, saya akan selalu berusaha menggunakannya, saya akan mencoba menjadi sosok orang yang sederhana dengan gadget yang sederhana pula entah saya memang benar-benar hanya memiliki harta yang sesuai dengan kesederhanaan itu ataupun ketika saya sudah dalam keadaan diberi rizky yang lebih banyak oleh ALLAH. Semoga saja saya selalu bisa mencoba menjadi orang yang sederhana. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar